SAATNYA LUTFI MELIHAT DUNIA
Saat pertama kali datang ke Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor
Penghubung Surabaya, M. Lutfi terlihat sangat memprihatinkan. Tubuhnya
kurus dan kecil. Di wajahnya, sebuah benjolan besar di area T (dahi dan
hidung) hampir menutup kedua mata dan hidungnya. Ia telah mengalami kondisi
seperti ini sejak 2 tahun yang lalu. Kamis, 31 Maret 2005, Lutfi dan Maemunah,
ibunya, datang ke kantor Tzu Chi di Surabaya dengan dijembatani oleh Nasarudin,
seorang relawan Tzu Chi Surabaya. Nasarudin yang sehari-harinya bekerja
sebagai pimpinan redaksi harian Jawa Pos, bertemu dengan Lutfi saat ia
bertugas di daerah Sumenep, Madura.
Maemunah sama sekali tidak dapat berbahasa Indonesia. Pada saat ia menceritakan
tentang penyakit yang diderita anaknya dalam bahasa Madura, Yanti, salah
satu relawan Tzu Chi yang dapat berbahasa Madura, turut membantu. Kasus
Lutfi pun dibahas dalam rapat tim kesehatan, dan akhirnya Nasarudin ditunjuk
sebagai penanggung jawab.
Menghadapi kasus yang cukup besar ini, relawan dokter Tzu Chi Surabaya,
Dr. Arya Tjahjadi, Sp.A. berkonsultasi dengan dokter dari RS. Surabaya
Internasional, Dr. Joni Wahyuhadi, Sp.BS. Mereka juga membahas kemungkinan
rumah sakit tersebut membantu operasi bagi Lutfi. Hasil bincang-bincang
kedua dokter ini sangat menggembirakan. Pihak RS. Surabaya Internasional
bersedia membantu proses pengobatan Lutfi dan membebaskan Tzu Chi dari
biaya dokter, kamar operasi, biaya kamar inap, dan peralatan. Tzu Chi
hanya dikenakan biaya obat-obatan.
Dini hari, tanggal 18 April 2005, tim survei Tzu Chi Surabaya menjemput
Lutfi dan keluarganya untuk dirawat di Surabaya. Mereka menyeberangi Selat
Madura dengan kapal feri dan menempuh perjalanan lebih kurang 4 jam untuk
sampai di desa kelahiran M. Lutfi, Desa Aeng Panas, Kecamatan Pragaan,
Kabupaten Sumenep, Madura. Jalan yang harus ditempuh tidak mudah. Rombongan
sempat harus berjalan kaki karena jalan yang dilalui tidak dapat ditempuh
oleh kendaraan roda empat.
Lutfi tinggal di rumah yang kondisinya memprihatinkan, jauh dari layak
huni. Meski berdinding tembok, namun lantainya masih berupa tanah dan
tidak memiliki perabotan. Ibu Lutfi, Maemunah, adalah seorang janda beranak
3 yang ditinggal suaminya. Anaknya yang tertua sudah duduk di bangku SMP
kelas 3, yang kedua masih SD kelas 2, dan Lutfi adalah anak bungsunya.
Seorang diri, Maemunah menanggung biaya rumah tangganya dengan mengandalkan
penghasilan dari menganyam tikar dari daun lontar. Penghasilannya sekitar
Rp 2.000,- dan itu pun kalau ada pesanan. Jika tidak ada, maka ia tidak
mendapatkan penghasilan apa pun.
Saat Lutfi dan Maemunah meninggalkan rumah untuk menuju RS. Surabaya Internasional
di kawasan Nginden Intan, hujan turun cukup deras. Rombongan tiba di rumah
sakit pukul 14.30. Esok harinya, setelah menjalani proses pemeriksaan
darah dan CT Scan, observasi hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Lutfi
menderita Encephalocele sejak lahir. Di tulang tengkorak Lutfi terdapat
celah kecil, dan dari celah ini, cairan otaknya mengalir keluar. Cairan
otak inilah yang membentuk benjolan besar di area T.
Hari Rabu, tanggal 20 April 2005, tim bedah yang dipimpin oleh Dr. Joni
Wahyuhadi, Sp.BS. melakukan operasi untuk menghilangkan benjolan di wajah
Lutfi. Tidak hanya itu, mereka juga memasang selang untuk membuang cairan
otak dan mengurangi tekanan otaknya. Celah kecil di tengkoraknya ditutup
dengan tulang yang diambil dari salah satu bagian tubuhnya sendiri. Sementara
para ahli medis berkutat di dalam ruang bedah, di luar, relawan Tzu Chi
berusaha membesarkan hati Maemunah yang gelisah menanti jalannya operasi
anak kesayangannya.
Pada tengah hari, operasi yang berlangsung selama 4,5 jam ini selesai.
Dokter Arya dan Dr. Joni yang menangani Lutfi mengabarkan bahwa Lutfi
dalam kondisi baik. Tak lama seusai operasi, Lutfi yang dirawat di ICU
diperkenankan untuk dijenguk. Semua sangat bergembira melihat wajah Lufti
yang telah terbebas dari benjolan besar yang telah dideritanya selama
2 tahun ini. Dan pada saat itulah, untuk pertama kalinya, relawan Tzu
Chi melihat senyuman menghiasi wajah Maemunah.
Selang sehari kemudian, Lutfi sudah boleh dipindahkan ke ruang perawatan
biasa. Kondisi kesehatannya akan dipantau oleh tim dokter hingga saat
ia diperbolehkan pulang. Keberhasilan operasi yang pertama ini bukan berarti
segalanya sudah usai, direncanakan Lutfi masih akan menjalani 1 atau 2
kali lagi operasi bedah plastik untuk menyempurnakan wajahnya secara fungsional
dan kosmetik.
• Tim dokumentasi Tzu Chi Surabaya
|